Jika
ada yang menanyakan pertanyaan itu ke saya, maka jawaban saya secara langsung
adalah perlu, sebagai contoh sebuah mesin generator pembangkit yang bekerja
secara terus menerus menghasilkan energi listrik. Daya yang dihasilkan tentu
saja tidak serta merta tercipta, ada proses di dalamnya. Salah satu teori yang
pernah saya dapatkan dalam mata kuliah mesin-mesin listrik menyatakan bahwa
seberapapun besarnya arus penguatan yang diberikan pada suatu medan, maka
tegangan yang akan dihasilkan akan mencapai titik jenuhnya, karena
dipole-dipole pada medan magnet tersebut telah tersearahkan semua, biasa
disebut titik saturasi. Ehm, saya bukan ahli mesin pun ahli listrik, saya tidak
akan membicarakan lebih detail mengenai mesin-mesin ini. Saya hanya ingat
pelajaran IPA semasa Sekolah Dasar dulu tentang energi dan perpindahannya.
Rotor yang berputar pada mesin secara terus menerus akan menimbulkan suatu
energi panas. energi panas yang berlebihan ini akan mengganggu performa dari mesin
itu sendiri, bahasa kerennya energy panas ini merupakan rugi-rugi yang dalam
perjalanannya jika melebihi batas dapat menyebabkan kerusakan pada mesin.
Saya
hanya ingin membandingkan mesin tersebut dengan manusia, jika pada mesin yang
kerjanya sudah disetting itu-itu saja membutuhkan maintenance rutin bahkan
overhaul, bagaimana dengan manusia yang
diberi tugas dan wewenang yang sama setiap harinya. Apa gak bosen tuh otaknya
dipake untuk urusan yang itu-itu saja? Emang sih jawabannya dikembalikan ke pribadi
masing-masing.
Menurut
dra. Tuti Indra Fauziansyah, M.Si, seorang psikolog dan konsultan karir, bosan
bisa saja timbul karena tidak ada variasi dalam menyelesaikan pekerjaan, atau
bisa jadi karena kita sudah mendapatkan apa yang kita impikan, sehingga kita
tidak tertantang lagi. Sementara menurut Dewi Minangsari dari curhat.com, bosan
bisa juga terjadi karena kita melupakan beberapa aspek dalam diri kita. Kita
terus menerus fokus dengan dengan tuntutan yang tinggi, mencapai target, hingga
melupakan diri. Selain itu, bosan bisa timbul akibat pekerjaan dilakukan hanya
sebagai kebiasaan alias rutinitas.
Apa
efek yang ditimbulkan dari bosan ini? Seseorang yang dalam keadaan bosan akan
sulit bergembira, kurang konsentrasi, tidak berenerjik, merasa tertekan dan
untuk tingkat yang lebih parah bisa menimbulkan stress. Saya sering membaca
buku-buku fiksi thriller karangan
Agatha Christie, dimana kebanyakan pembunuhan dilakukan oleh orang yang sama
sekali tak disangka, ciri-cirinya sama dengan orang yang teradiasi efek
bosan.hahahaha…
Saya
belum tahu pasti, secara psikologi adakah penelitian mengenai seberapa lama
atau seberapa sering otak manusia sebaiknya digunakan untuk hal yang itu-itu
saja. Saya juga belum faham dengan manajemen SDM yang diterapkan di perusahaan
tempat saya bekerja, yang jelas selama tiga tahun saya mendapatkan SK selama
itu pula sudah 3 kali perubahan nama jabatan saya terima, akan tetapi tidak
dibarengi oleh perubahan bagian, apalagi perubahan jobdesk.
Tentu
saja saya tidak ingin berlarut-larut dengan kebosanan, banyak cara untuk
mendapatkan variasi hidup agar tidak terkungkung dalam kebosanan, perluas
wawasan dengan menjelajah dunia maya, menyalurkan dan mengembangkan hobi,
mencari hiburan yang tepat, masih banyak yang lainnya…sederhananya bersabar dan
bersyukur, lihat para jobseeker yang
kesana kemari membawa map tapi tak ada satu perusahaanpun yang menerima, pulang
dan lihatlah anak-anakmu yang bergerak lincah dengan segala tingkah lucunya,
pulang dan lihatlah anak-anakmu yang dalam keadaan tidur lelapnya, ada damai di
sana…bersyukurlah dan apapun akan terasa ringan jika diniatkan sebagai ibadah.
*selfnote