Rabu, 22 Mei 2013

ROTASI PEKERJAAN, perlukah?



Jika ada yang menanyakan pertanyaan itu ke saya, maka jawaban saya secara langsung adalah perlu, sebagai contoh sebuah mesin generator pembangkit yang bekerja secara terus menerus menghasilkan energi listrik. Daya yang dihasilkan tentu saja tidak serta merta tercipta, ada proses di dalamnya. Salah satu teori yang pernah saya dapatkan dalam mata kuliah mesin-mesin listrik menyatakan bahwa seberapapun besarnya arus penguatan yang diberikan pada suatu medan, maka tegangan yang akan dihasilkan akan mencapai titik jenuhnya, karena dipole-dipole pada medan magnet tersebut telah tersearahkan semua, biasa disebut titik saturasi. Ehm, saya bukan ahli mesin pun ahli listrik, saya tidak akan membicarakan lebih detail mengenai mesin-mesin ini. Saya hanya ingat pelajaran IPA semasa Sekolah Dasar dulu tentang energi dan perpindahannya. Rotor yang berputar pada mesin secara terus menerus akan menimbulkan suatu energi panas. energi panas yang berlebihan ini akan mengganggu performa dari mesin itu sendiri, bahasa kerennya energy panas ini merupakan rugi-rugi yang dalam perjalanannya jika melebihi batas dapat menyebabkan kerusakan pada mesin.

Saya hanya ingin membandingkan mesin tersebut dengan manusia, jika pada mesin yang kerjanya sudah disetting itu-itu saja membutuhkan maintenance rutin bahkan overhaul,  bagaimana dengan manusia yang diberi tugas dan wewenang yang sama setiap harinya. Apa gak bosen tuh otaknya dipake untuk urusan yang itu-itu saja? Emang sih jawabannya dikembalikan ke pribadi masing-masing. 

Menurut dra. Tuti Indra Fauziansyah, M.Si, seorang psikolog dan konsultan karir, bosan bisa saja timbul karena tidak ada variasi dalam menyelesaikan pekerjaan, atau bisa jadi karena kita sudah mendapatkan apa yang kita impikan, sehingga kita tidak tertantang lagi. Sementara menurut Dewi Minangsari dari curhat.com, bosan bisa juga terjadi karena kita melupakan beberapa aspek dalam diri kita. Kita terus menerus fokus dengan dengan tuntutan yang tinggi, mencapai target, hingga melupakan diri. Selain itu, bosan bisa timbul akibat pekerjaan dilakukan hanya sebagai kebiasaan alias rutinitas.

Apa efek yang ditimbulkan dari bosan ini? Seseorang yang dalam keadaan bosan akan sulit bergembira, kurang konsentrasi, tidak berenerjik, merasa tertekan dan untuk tingkat yang lebih parah bisa menimbulkan stress. Saya sering membaca buku-buku fiksi thriller karangan Agatha Christie, dimana kebanyakan pembunuhan dilakukan oleh orang yang sama sekali tak disangka, ciri-cirinya sama dengan orang yang teradiasi efek bosan.hahahaha…
Saya belum tahu pasti, secara psikologi adakah penelitian mengenai seberapa lama atau seberapa sering otak manusia sebaiknya digunakan untuk hal yang itu-itu saja. Saya juga belum faham dengan manajemen SDM yang diterapkan di perusahaan tempat saya bekerja, yang jelas selama tiga tahun saya mendapatkan SK selama itu pula sudah 3 kali perubahan nama jabatan saya terima, akan tetapi tidak dibarengi oleh perubahan bagian, apalagi perubahan jobdesk.


Tentu saja saya tidak ingin berlarut-larut dengan kebosanan, banyak cara untuk mendapatkan variasi hidup agar tidak terkungkung dalam kebosanan, perluas wawasan dengan menjelajah dunia maya, menyalurkan dan mengembangkan hobi, mencari hiburan yang tepat, masih banyak yang lainnya…sederhananya bersabar dan bersyukur, lihat para jobseeker yang kesana kemari membawa map tapi tak ada satu perusahaanpun yang menerima, pulang dan lihatlah anak-anakmu yang bergerak lincah dengan segala tingkah lucunya, pulang dan lihatlah anak-anakmu yang dalam keadaan tidur lelapnya, ada damai di sana…bersyukurlah dan apapun akan terasa ringan jika diniatkan sebagai ibadah. *selfnote